Diabetes Melitus Gestasional
Pengertian Diabetes
Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme
karbohidrat dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan
(Marilyn, 2001).
Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin
resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia).
Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko
tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk
mencapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan
kepada wanita diabetik yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis
normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes, perawat
juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial kehamilan diabetik,
sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam perencanaan
pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
Diabetes Melitus Gestasional adalah gangguan dari
glukosa yang dipicu oleh kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan (
Murrai et al, 2002 ). Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai
gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat
hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau
tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara
55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke
janin.
Diabetes
gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan. Walaupun
diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu factor resiko terkena diabetes
tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan
kembali normal setelah melahirkan. Disebut diabetes gestasional bila gangguan
toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali
normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
Pada
wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa
darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan
melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa
oral.
Klasifikasi
Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Pada DM dengan
kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu
tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si
ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan
Kehamilan menurut Pyke:
a. Klas
I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu
hamil dan menghilang setelah melahirkan.
b. Klas
II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum
hamil dan berlanjut setelah hamil.
c. Klas
III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah
panggul dan pembuluh darah perifer.
90% dari wanita hamil yang
menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II) dan DM
yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe
I).
Etiologi
1. Faktor
autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
2. Genetik
Diabetes mellitus dapat
diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan
dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen
ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM
awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi.
Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi sekresi
yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA
mitokondria yakni karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya
dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta
pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami
gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa darah. Mitokondria
menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan
dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut
otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam
ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses
pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat
diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang
merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen penyandi ribo
nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita
penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu
antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu telah diidentifikasi
sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin
tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin
rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi mutasi tersebut
biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu menderita penyakit
penyerta tadi.
3. Kerusakan
/ kelainan pangkreas sehingga kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan
virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan
menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol
tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
4. Meningkatnya
hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5. Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat
mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas
akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Contohnya Minum soda dalam
keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi
hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan
pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang
menyebabkan meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama
kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan
yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali
terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.
6. Wanita
obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi
penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta
pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan
“jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai
akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan
menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.( Kapita Selekta
Jilid III, 2006)
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari
diabetes melitus gestasional sangatlah mirip dengan penderita diabetes melitus
pada umumnya, yaitu :
a a.
Poliuria (banyak kencing)
b. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
c. Pusing, mual dan muntah
d. Obesitas, TFU > normal
e. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
f. Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
g. Glikosuria(ekskresi glikosa ke dalam urin)
b. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
c. Pusing, mual dan muntah
d. Obesitas, TFU > normal
e. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
f. Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
g. Glikosuria(ekskresi glikosa ke dalam urin)
h. Gula
darah 2 jam > 200mg/dl
i. gula
darah sewaktu > 200 mg/dl
j. Gula
darah puasa > 126 mg/dl
Patofisiologi
Diabetes mellitus ditandai
dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan karena
Produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif pada tingkat seluler. Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel
beta pulau langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke
dalam sel . apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi
dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem
vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya
ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk
mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak
digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan
(polidipsi).
Penurunan berat badan akibat
pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa
lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah
jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna.
Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat
diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes
tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor
genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul
sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip)
diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami
intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip,
tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau
lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah
peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat,
obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas.
Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi
perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan
bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap
melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai
kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu
yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen,
steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi
hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang
aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal.
Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik
telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen
ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang
menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain
perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin
dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam
plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga
janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia.
Faktor Risiko
Faktor risiko ibu hamil dengan
diabetes melitus adalah :
a. Riwayat
keluarga dengan diabetes melitus
b. Glukosuria
dua kali berturut-turut
c. Obesitas
d. Keguguran
kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
e. Adanya
hidramnion
f. Kelahiran
anak sebelumnya besar
g. Umur
mulai tua
h. Herediter
Perubahan Metabolic
Selama dan Setelah Masa Kehamilan
Kehamilan normal dikatakan
sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan glukosa meningkat.
Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai glukosa yang
adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke
janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembus plasenta.
Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin mensekresi insulinnya sendiri dengan
kadar yang adekuat, yang memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh dari
ibu.
Pada trimester pertama kehamilan,
kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai
antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas
meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat
yang sama, penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar
glukosa ibu. Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea,
vomitus, dan penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin
menurun dan selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar laktogen
plasental human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin
meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya sebagai suatu antagonis.
Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme penghematan glukosa yang memastikan
suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan insulin meningkat
sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada
kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir,
lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone plasenta,
kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat
kembali peka terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn
tidak menyusui bayi, keseimbangan insulin – karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai
kembali dalam sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan
sehinggu kebutuhan insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan.
Setelah penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan
insulinnya sebelum hamil.
Skrining Diabetes
Melitus Gestasional
Skrining selektif seharusnya
digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining diabetes pada umumnya.
Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut:
1. American
Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :
a. Pasien
diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian.Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan
tes toleransi glukosa 3 jam. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan
wanita dengan diabetes gestational
b. Tes
toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa
oral,kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien normal :
Pemeriksaan
|
Kadar Gula
darah (mg/dl)
|
Puasa
|
< 95
|
Jam 1
|
< 180
|
Jam 2
|
< 155
|
Jam 3
|
< 140
|
Tabel
1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)
Bila ditemukan 2 nilai
abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes tersebut dilakukan
pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34 minggu.
2. World
Health Organization (WHO)
Merekomendasikan kriteria
diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral 75 g. Diabetes gestasional
didiagnosis bila:
Pemeriksaan
|
Kadar Gula
darah (mg/dl)
|
Puasa
|
> 126
|
Jam 2
|
> 140
|
Tabel 2. Tes Beban Glukosa
Oral (WHO)
Pencarian diabetes
gestational dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil dan meyakinkan
seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah
melahirkan. (Metzger dan Coustan, 1998)
Komplikasi Pada
Ibu dan Bayi
1. Pada Perinatal :
a. Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG )
sangat tergantung dari keadaan hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun
angka kematian di laporkan 3-5%. Angka kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian
Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.
b. Makrosomia
Ibu dengan DMG 40% akan
melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan. Makrosomia
mempertinggi terjadinya trauma lahir, sinhdrom aspirasi mekoneum dan hipertensi
pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu,
sehingga dapat menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf
frenikus, bahkan kematian janin.
Sekitar 20-50% bayi dengan
ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24 jam pertama setelah
lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia.
c. Hambatan
pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan bayi
dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena
adanya perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan.
d. Cacat
bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi paling
banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan
pada trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan
kelainan jantung (TAB, VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan
saluran cerna (situs inversus, syndrome kolon kiri kecil), kelainan neurologi
dan skelet. Kekerapan cacat bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar
20%.
e. Hipokalsemi
dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya <
7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan
tingkat terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila
kadar magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan
hipokalsemia.
f. Hiperbilirubinemia
Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG, akibat pengrusakan
eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran eritrosit.
g. Polisitemia
hematologis
h. Asfiksia
perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan oleh
makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia
intrauterin atau pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea.
i. Syndrom gawat
nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi dengan tingkat
pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas
sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik.
Sebagian lagi gawat nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi
surfaktan paru belum cukup atau bayi dilahirkan dengan seksio sesarea.
2. Pada
ibu :
a. Hipertensi
Gestational diabetes akan
meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi selama
kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena
preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang
menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan
ibu maupun sang buah hati.
b. Preeklampsia
c. Peningkatan
resiko operasi caesar
Penatalaksanaan
Pengobatan dan penanganan
penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai 3 maksud utama, yaitu:
1. Menghindari
ketosis dan hipoglikemia.
2. Mengurangi
terjadinya hiperglikemia dan glisuria.
3. Mengoptimalkan
gestasi.
Penanganan pada penderita DM
meliputi:
1. Diet
Penderita harus mendapatkan
lebih banyak kalori karena berat badannya bertambah menurun. Penderita DM
dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800 kalori
sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan untuk
mengubah dietnya apabila perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein
2 gr/kg berat badan, lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi
kecenderungan retensi air dan garam.
2. Olah
raga
Wanita hamil perlu olah
raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya. Kita tidak bisa memaksakan
olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.
3. Obat-obat
antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah
diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah harus dilakukan lebih
sering. Pemberian suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi
penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya. Beberapa jenis
obat-obat untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi dengan dimakan dan yang
beredar di Indonesia hingga saat ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan
pada ibu hamil, karena dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang
dikandung. Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama
paling sukar dilakukan pengobatan karena adanya nausea dan vomitus. Pada
timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan
diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan lebih
banyak antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.
4. Diuretik
Jika ada hipertensi atau
tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini tidak menolong
dapat diberikan deuretik.
5. Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang
pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus berkurang jika selama
kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis besar.
6. Penatalaksanaan
obstetric
Pada pemeriksaan antenatal
dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama tekanan darah,
pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes
dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas
dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit,
pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
a. Pengukuran
tinggi fundus uteri
b. USG
serial
c. Penilaian
menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.
d. Penilaian
ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk
melakukan persalinan secara seksio sesarea.
e. Pada
janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia
kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan
janin (normal >l0x/12 jam).
f. Bayi
yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
g. Bila
akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih
dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
h. Kehamilan
DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia
kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan
insulin.
i. Penilaian
paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta
(FDJP).
1. Persalinan
dilakukan:
a. Pertahankan
sampai aterm dan spontan.
b. Induksi
persalinan pada minggu 37-38.
c. Primer
seksio sesarea.
2. Penanganan bayi
dengan DM:
a. Disamakan
dengan bayi prematur.
b. Observasi
kemungkinan hipoglisemia.
c. Perawatan
intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli
neonatologi.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Adanya kadar
glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu puasa
> 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b. Tes
toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200
mg/dl.
c. Glukosa
darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
d. Glukosa urin: 95%
glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi
dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini
akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
e. Benda keton
dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi
menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak
terdeteksi
f. Pemeriksan
lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)
2. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan
adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa darah, ultrasonografi
untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia, Hemoglobin glikosida
(HbA1c) yang menunjukkan control diabetik (HbA1c lebih
besar dari 8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin berisiko anomaly
kongenital).
2.12 Pencegahan
1. Mengurangi
makan-makanan manis
2. Menjaga jumlah
asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat badan
tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan
3. Berolahraga
dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga
sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan
sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ikram, Ainal (2000). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Ibu Hamil jilid I.
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Prawiroharjo, Sarwono.
(2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Mansjoer, A, (2000). Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta: Media Aesculapius.
Arjatmo, Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Cetakan kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Fakultas Kedokteran
Universitas Pedjajaran Bandung. (1984). Obstetri Patologi. Bandung
: Elstar Offset.
Mochtar, Rustam. Prof. DR.
(1998). Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Mitayani. 2011. Asuhan
Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Purwaningsih Wahyu.
2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :
Nuha Medika
Komentar
Posting Komentar