Water Birth

Sejarah Water Birth

Selama tahun 1960, peneliti Soviet Igor Charkovsky melakukan penelitian yang cukup besar ke keselamatan dan manfaat yang mungkin lahir air di Uni Soviet Pada akhir 1960-an, Perancis dokter kandungan Frederick Leboyer mengembangkan praktek membenamkan baru lahir bayi dalam air hangat untuk membantu memudahkan transisi dari rahim ke dunia luar, dan untuk mengurangi dampak dari setiap kelahiran yang mungkin trauma . Dokter kandungan lain Perancis, Michel Odent , mengatakan bahwa dengan menggunakan air hangat untuk kelahiran kolam penghilang rasa sakit untuk ibu, dan sebagai cara untuk menormalkan proses kelahiran. Ketika beberapa wanita menolak untuk keluar dari air untuk menyelesaikan melahirkan, Odent mulai meneliti kemungkinan keuntungan bagi bayi yang lahir di bawah air, serta masalah potensial dalam kelahiran tersebut. Pada akhir 1990-an, ribuan wanita telah melahirkan di Odent's klinik bersalin di Pithiviers , dan konsep melahirkan di air telah menyebar ke banyak lainnya Barat negara.

         Kelahiran Air pertama kali datang ke Amerika Serikat melalui pasangan melahirkan di rumah , tapi segera diperkenalkan ke lingkungan medis rumah sakit dan berdiri bebas pusat kelahiran oleh bidan dan dokter kandungan. In 1991, New Hampshire mulai untuk membuat sebuah protokol untuk melahirkan di air. Lebih dari tiga-perempat dari semua Kesehatan Nasional Pelayanan rumah sakit di Inggris menyediakan opsi ini untuk bekerja perempuan.

Pengertian Water Birth

          Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah  proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam air (water birth), adalah suatu  metode melahirkan secara normal melalui vagina di dalam air. Konsep mengenai metode ini ternyata telah timbul sejak lama, sejak tahun 1960-an dari pemikiran seorang peneliti Rusia, Igor Charkovsky. Metode ini terus dikembangkan dan akhirnya  mulai dibuat protokol medisnya sejak tahun 1991 di Rumah Sakit Monadnock Community, New Hampshire, Amerika Serikat. Kini, rumah sakit di Amerika dan Inggris telah banyak menggunakan dan menerapkan metode ini di Rumah Sakit.

        Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.

Metode Water Birth          Ada dua metode persalinan di air, yaitu :
1.      Water birth murni, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu masuk ke    
         kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan
         terjadi.

2.     Water birth emulsion, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu hanya
        berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap
        dilakukan di tempat tidur.

Alat-alat yang Digunakan Untuk Persalinan Water Birth

1.      Termometer air
2.      Termometer ibu
3.      Doppler anti air
4.      Sarung tangan
5.       Pakaian kerja (apron)
6.      Jaring untuk mengangkat kotoran
7.      Alas lutut kaki bantal, instrumen partus set
8.      Shower air hangat
9.      Portable/permanent pool
1.  Handuk, selimut
11.  Warmer dan peralatan resusitasi bayi
Selain itu alat yang diguna juga bias memakai birth pool Persalinandengan metode water birth ini juga sudah banyak diterapkan di beberapa pusat kesehatan dan rumah sakit di Indonesia seperti di Jakarta dan Bali. Beberapa peralatan yang diperlukan dalam water birth adalah kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2 meter) dengan benjolan – benjolan dibagian bawahnya agar ibu tidak merosot saat persalinan berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga harus diatur supaya berada di atas pusar baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok atau tiduran. Posisi saat melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin bisa sambil duduk, menghadap ke belakang atau terserah nyamannya si ibu.

         Selain itu juga diperlukan water heater dan termometer untuk menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 35-38ºC. Hal ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam perut dengan di luar dan agar bayi tidak mengalami hipotermia. Suhu air yang hangat juga menjadi sebab mengapa bayi sesaat setelah dilahirkan di dalam air tidak akan menangis, karena bayi masih merasa berada di dalam kandungan akibat suhu air yang tetap hangat. Air yang digunakan juga air suling yang steril dan tidak mengandung kuman sehingga tidak akan menimbulkan infeksi apabila tertelan.

Hal-hal Yang Diperhatikan Untuk Persalinan Water Birth
1.      Ibu mengambil sikap yang dirasakan aman dan nyaman untuknya. Keleluasaan gerakan yang mengijinkan ibu mengambil posisi yang tepat untuk bersalin. Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik.
2.      Observasi dan monitoring antara lain :
a.  Fetal Heart Rate (FHR) dengan doppler atau fetoskop setiap 30 menit   
     selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama  
 persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, dan setelah  
 kontraksi.
b. Penipisan dan Pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina  
    (VT) dapat  dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara
    keluar dari air untuk diperiksa.
c. Status Ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR, dan periksa
    adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium, pasien harus
    meninggalkan kolam.
d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika  
    diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu
    mengatur napas selama kontraksi.
e. Hidrasi Ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin
     dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi,
     ibu diberi cairan, jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL).

Tahap Persalinan Water Birth

1.    Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan
spontan, risiko ketidak seimbangan oksigen dan karbondioksida dalam
sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan
bayi.
2.    Persalinan, bila mungkin metode ”hand off”. Ini akan meminimalkan
       stimulasi.
3.        Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh adanya dorongan lembut kontraksi uterus. Sarung tangan digunakan penolong untuk melahirkan bayi. Sokong perineum, massage, dan tekan dengan lembut jika diperlukan. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala dengan tangannya.
4.    Manipulasi kepala biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi karena air memiliki   kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun demikian, pasien perlu berdiri membantu mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat. Meminimalkan rangsangan mengurangi risiko gangguan pernapasan.
5.    Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa kepermukaan secara “gentle”. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia, mencegah transfusi ibu ke bayi. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali.
6.    Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang lembut, muka ke bawah, dan muncul dari dalam air tidak lebih dari 20 detik. Janin dapat diistirahatkan di dada ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika diperlukan. Penanganan ini sebaiknya melihat juga panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian bayi diberi selimut, dan di monitor.
7.    Idealnya, ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat di klem dan dipotong, dan bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti dan kemudian diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu dibantu keluar dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar tergantung penolong (Kitzinger, 2000). Ibu dianjurkan menyusui sesegera mungkin setelah bayi lahir untuk membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta. Risiko secara teori yang dihubungkan dengan efek relaksasi air hangat terhadap otot-otot uterus termasuk solusio plasenta, emboli air dan peningkatan perdarahan.

 Manfaat Persalinan Secara Water Birth
1.   Untuk ibu
a.       Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis.
b.      Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
c.       Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat

2.   Untuk bayi
a.       Menurunkan risiko cedera kepala bayi.
b.      Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.
c.       Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.



Hal-hal yang harus dihindari dalam proses persalinan:
1.      Adanya kontra indikasi seperti pada kehamilan normal, yaitu seperti bayi lahir sungsang.
2.      Adanya penyakit menular seksual seperti herpes karena virus herpes tidak dapat mati dalam air hangat.
3.      Adanya perkiraan perdarahan berlebih, preeklampsia, atau infeksi kehamilan.
4.      Kehamilan kembar.
5.      Adanya perkiraan bayi lahir premature
6.      Adanya mekonium (feses bayi) yang berlebih.

Kelemahan Persalinan Secara Water Birth
Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:
1.   Risiko Maternal

a. Infeksi.

b. Perdarahan Postpartum.

c. Trauma Perineum.

2.   Risiko Neonatal.

Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan rupture tali pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air antara lain:

a. Terputusnya Tali Pusat.

b. Takikardi.

c. Infeksi.
       d. Hipoksia.

e. Aspirasi Air dan Tenggelam

 Persyaratan Melahirkan Secara Water Birth
1.      Lebih baik selalu didampingi suami, karena peran suami sangat penting dalam      memberikan dukungan bagi ibu dan janin.
2.      Latihan dilakukan rutin dari awal kehamilan.
3.      Memiliki kemauan yang kuat dan rajin berlatih dirumah.
4.      Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada keseriusan ibu dalam mempersiapkan kelahiran.
5.      Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil, sehingga harus melahirkan dengan caesar.
6.      Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan waterbirth, karena harus dioperasi saecar.
7.      Bila sang ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat bertahan di air.
8.      Tidak dapat dilakukan jika air ketuban pecah terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan air akan terminum oleh bayi dan tersangkut diparu parunya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas

PRAKTIKUM II DEBIT ALIRAN FLUIDA SEBAGAI FUNGSI DARI JARI-JARI PEMBULUH, TEKANAN FLUIDA DAN VISKOSITAS FLUIDA