Hipoglikemia
A. Pengertian
Hipoglikemia
Hipoglikemia
ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan
kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi
baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Definisi hipogikemia pada
anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari
beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada tabel.
Nilai
kadar glukose darah/plasma atau serum untuk
diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak:
Kelompok Umur
|
Glokuse
<mg/dl
|
Darah
Plasma/serum
|
Bayi/anak
|
<40 mg/100 ml
|
<45 mg/100 ml
|
Neonatus
* BBLR/KMK
* BCB
|
<20 mg/100 ml
|
<25 mg/100 ml
|
0-3 hari
|
<30 mg/100 ml
|
<35 mg/100 ml
|
3 hari
|
<40 mg/100 ml
|
<45 mg/100
ml
|
Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah
bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar
glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa
gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi
pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun.
B. Hipoglikemi
sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu
DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin
juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka
transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient
hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah masalah
serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi
lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
1. Glukosa
merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama
pasca lahir.
2. Setiap
stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada
karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada
asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.
C. Penyebab
1. Dosis
suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat
insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan
kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau
kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan
insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah
sendiri.
2. Lupa
makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya
mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang
kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang
dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3.
Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas
berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga,
anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah
akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan
kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4.
Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu
pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
5.
Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang
intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari
terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya
anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda
akan mengalami hipoglikemia.
6.
Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang
menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari.
Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi
lambat.
7.
Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin
sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan
mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga
kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8.
Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit
seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus.
Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9.
Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes
terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk
meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula
darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis
tinggi.
Aspirin dapat menurunkan
kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia
sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi
sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat
ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami
hipoglikemia lagi.
C. Faktor Resiko
1. Bayi dari ibu dengan
diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar glukosa
darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang pembentukan
insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-tiba turun karena
pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih tinggi, sehingga
terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol kadar glukosa
darah pada ibu hamil.
2. Bayi besar untuk masa
kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang
abnormal.
3. Bayi kecil untuk
masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami kekurangan
gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang persediaan
yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan metabolisme lebih besar
sehingga menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya
sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi
KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian.
Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia,
sehingga memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan
intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.
4. Bayi kurang
bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester
ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini
terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5. Bayi
lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang.
Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan
glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah
mengalami hipoglikemia.
6. Pasca
asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali
memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya
menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa menghasilkan
38 ATP.
7. Polisitemia.
Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia
dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran darah.
8. Bayi yang
dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat. Bayi dapat
mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi
9. Bayi
yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil
dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang
tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.
10. Bayi sakit.
Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion, hipotermia, distress
pernapasan, tersangka sepsis, eritroblastosis fetalis, sindrom
Beckwith-Wiedermann, mikrosefalus atau defek pada garis tengah tubuh,
abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres lainnya,
mempunyai risiko mengalami hipoglikemia.
11. Bayi yang
lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin,
propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra
vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.
D. GEJALA
Pada awalnya
tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala
yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar, dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang
lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing,
bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu
berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara
perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada
penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari
setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena
melakukan olahraga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan
hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan
lebih berat.
Tanda
Gejala
a. Gerakan
gelisah (Jitteriness) atau tremor
b. Sianosis.
c. Kejang
d. Letargi
dan menyusui yang buruk.
e. Apnea.
f. Tangisan yang lemah atau
bernada tinggi.
g. Hipotermia.
h. Kesulitan
makan
i. Keringat
banyak
j. Mual
muntah
E. Penatalaksanaan
1. Monitor Pada
bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap 6 jam
selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia.
2. Hipoglikemia
harus diperlakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi kerusakan
neurologis. Awal makan bayi yang baru lahir dengan ASI atau susu formula
dianjurkan. Bagi mereka yang tidak mampu untuk minum, selang nasogastrik dapat
digunakan. Andalan terapi untuk anak-anak yang waspada dengan perlindungan
jalan nafas utuh termasuk jus jeruk pada 20 mL / kg.
3. Bagi
mereka yang tidak bisa melindungi jalan napas mereka atau tidak dapat minum,
rute nasogastrik, intramuskular, intraosseous, atau IV dapat digunakan untuk
obat berikut digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa: dekstrosa, glukagon,
diazoxide, dan octreotide. Laporan kasus telah menunjukkan bahwa nifedipin
dapat membantu untuk mempertahankan normoglikemia pada anak dengan PHHI.
Kortisol tidak boleh digunakan, karena memiliki manfaat akut minimal dan dapat
menunda diagnosis penyebab hipoglikemia. Kortisol merangsang glukoneogenesis
dan menyebabkan penurunan penggunaan glukosa, yang mengarah ke peningkatan
glukosa darah secara keseluruhan dan dapat menutupi penyebab sebenarnya dari
hipoglikemia.
Pengobatan Hipoglikemia
Neonatus
a) Hipoglikemia asimptomatik
Jika pemeriksaan uji
dextrostix menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh
pemeriksaan laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan
kadar gula rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit
sampai kadar glucose darah menjadi normal.
b) Hipoglikemia simptomatik
Bila klinik dan uji
dextrostix menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh
pemeriksaan laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral
bukan merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa
diberikan selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik
menunjukkan hipoglikemia dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini
membuktikan adanya hipoglikemia simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan
glukose parenteral 8 10 mg/kg BB/ menit. Makanan rikan NaCl (2-3
meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah hiponatremia. Dua puluh empat jam
kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar gula darah dipantau setiap 4-6
jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya glucose hipertonik ini
secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10864 mg/kgBB/menit)
dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi hipoglikemia.
Pengobatan glukose
parenteral ini biasa diperlukan 4872 jam. Penderita semacam ini berjumlah 15%
kasus dan disebut hipoglikemia simptomatik transient.
c
) Hipoglikemia neonatus menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang
gejala kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16
mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc
sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih
dari .1 mg).
Bayi
Makan makanan hidrat arang
yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan
pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso gastric drips. Kurang
lebih 1/3 dari energi total sehari diberikan dalam bentuk glukose dengan
kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama malam hari dengan menggunakan pompa otomatis.
Makanan pagi harinya harus diberikan sebelum sonde dicabut. Pengobatan ini
akan memperbaiki asidosis kronis, zat-zat kimia darah menjadi normal, perdarahan
hidung berhenti, mengecilnya hepatomegali dan diikuti dengan percepatan
pertumbuhan.
Anak
Hipoglikemi Akietosis
:Pengobatan dasar dan penyakit ini terdiri atas tindakan sederhana menghindari
puasa lebih dari 1 jam dan hindari penyebab-penyebab muntah. Jika hal ini tidak
mungkin maka dapat dilakukan pencegahan dengan minum air gula (air jeruk manis)
pada malam hari selama beberapa tahun sampai anak mencapai umur kurang lebih 8
tahun.
Dalam keadaan serangan
hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose 50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan
infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat arang dengan pemberian
4-5 kali/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ladewig, Patricia. 2006.
Buku Saku Asuhan Neonatus, Bayi Baru Lahir. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Komentar
Posting Komentar